Salah
satu pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini adalah pendekatan
pembelajaran matematika realistik dimana pendekatan ini membimbing siswa untuk
menemukan kembali konsep matematika yang pernah ditemukan oleh para ahli
matematika atau bila memungkinkan siswa dapat menemukan sama sekali hal yang
belum pernah ditemukan. Pendekatan realistik mengkondisikan
siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok maupun
individu dalam mengatasi masalah.
Pendekatan
matematika realistik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika
di belanda. Banyak pihak yang menganggap bahwa pendekatan matematika realistik
adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang harus selalu menggunakan
masalah sehari-hari. Menurut Van den Heuvel-Panhuizen (Wijaya, 2012 : 20)
penggunaan kata “realistic” tersebut
tidak sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia nyata tetapi lebih
mengacu pada fokus pendidikan matematika realistik dalam menempatkan penekanan
penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan oleh siswa. Menurut Freudenthal
(Wijaya, 2012 : 20) Proses belajar siswa hanya akan terjadi jika pengetahuan
yang dipelajari bermakna bagi siswa. Suatu pengetahuan akan menjadi bermakna
bagi siswa jika proses pembelajaran dilaksanakan dalam suatu konteks atau
pembelajaran menggunakan permasalahan realistik. Siswa akan senang, tertarik, dan
akan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.
Adapun lima karakteristik pendekatan matematika
realistik menurut Treffers (Wijaya, 2012: 21), yaitu.
a)
Penggunaan konteks
Konteks atau
permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika.
Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk
permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut
bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa.
b)
Penggunaan model untuk matematisasi
progresif
Dalam
pendidikan matematika realistik, model digunakan dalam melakukan matematisasi
secara progresif. Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan dari pengetahuan
dan matematika tingkat kongkrit menuju pengetahuan matematika tingkat formal.
c)
Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
Siswa
memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga
diharapkan akan diperoleh strategi yang bervariasi. Hasil kerja dan konstruksi
siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep matematika.
d)
Interaktivitas
Proses
belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara
bersamaan merupan suatu proses sosial. Proses belajar siswa akan menjadi lebih
singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan
gagasan.
e)
Keterkaitan
Pendidikan
matematika realistik menempatkan keterkaitan antar konsep matematika sebagai
hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Melalui keterkaitan
ini, satu pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun
lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan (walau ada konsep yang
dominan).
Masalah yang disajikan
ke siswa adalah masalah kontekstual yakni masalah yang memang semestinya dapat
diselesaikan siswa sesuai dengan pengalaman siswa dalam kehidupannya.
Menurut Suherman, dkk., (2001: 130), rambu-rambu
penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik adalah:
(1)
Bagaimana
“guru” menyampaikan matematika kontekstual sebagai starting pada pembelajaran.
(2)
Bagaimana
“guru” menstimulasi, membimbing, dan memfasilitasi agar proses algoritma,
simbol, skema dan model, yang dibuat oleh siswa mengarahkan mereka untuk sampai
kepada matematika formal.
(3)
Bagaimana
“guru” memberi atau mengarahkan kelas, kelompok, maupun individu untuk
menciptakan free production,
menciptakan caranya sendiri dalam menyelesaikan soal atau
menginterpretasikannproblem kontekstual, sehingga tercipta berbagai macam
pendekatan atau metode penyelesaian atau algoritma.
(4)
Bagaimana
“guru” membuat kelas bekerja secara interaktif sehingga interaksi diantara
mereka antara siswa dengan siswa dalam kelompok kecil, dan antara
angota-anggota kelompok dalam presentasi umum, serta antara siswa dan guru.
(5)
Bagaiman
“guru” membuat jalinan topik dengan topik lain, antara konsep dengan konsep
lain, dan antara satu simbol dengan simbol lain di dalam rangkaian topik
matematika.
Adapun prinsip
pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik menurut Gravemenijer (Murdani, 2013 : 3), yaitu.
a) Penemuan kembali secara terbimbing dan proses
matematisasi secara progresif (guided reinvention and progressive
mathematizing)
Prinsip pertama adalah penemuan kembali secara
terbimbing dan matematisasi secara progresif. Siswa harus di beri kesempatan
untuk mengalami proses yang sama dalam membangun dan menemukan kembali tentang
ide-ide dan konsep-konsep matematika. Maksud mengalami proses yang sama dalam
hal ini adalah setiap siswa diberi kesempatan sama dalam merasakan situasi dan
jenis masalah kontekstual yang mempunyai berbagai kemungkinan solusi.
b)
Fenomena yang bersifat mendidik (didactical phenomenology)
Prinsip kedua adalah fenomena yang bersifat mendidik.
Dalam hal ini fenomena pembelajaran menekankan pentingnya masalah kontekstual
untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa. Topik-topik ini
dipilih dengan pertimbangan: (1) aspek kecocokan aplikasi yang harus
diantisipasi dalam pengajaran; dan (2) kecocokan dampak dalam proses matematika
secara progresif, artinya prosedur, aturan dan model matematika yang harus
dipelajari oleh siswa tidaklah disediakan dan diajarkan oleh guru, tetapi siswa
harus berusah menemukannya dari penyelesaian masalah kontekstual tersebut.
c)
Mengembangkan model sendiri (self – developed models)
Prinsip yang ketiga adalah pengembangan model sendiri.
Prinsip ini berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan informal
dengan matematika formal. Dalam menyelesaikan masalah kontekstual, siswa diberi
kebebasan untuk membangun sendiri model matematika yang terkait dengan masalah kontekstual
yang dipecahkan. Sebagai konsekuensi dari kebebasan itu, sangat dimungkinkan muncul
berbagai model yang dibangun siswa.
Becker&Selter
(Suherman, dkk., 2001: 125) mengemukakan bahwa ada suatu hasil penelitian
kuantitatif dan kualitatif yang telah ditunjukkan bahwa siswa di dalam
pendekatan matematika realistik mempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan tradisional dalam
hal keterampilan berhitung, lebih khusus lagi dalam aplikasi. Salah satu
filosofi yang mendasari pendekatan realistik adalah bahwa matematika bukanlah
satu kumpulan aturan atau sifat-sifat yang sudah lengkap yang harus siswa
pelajari. Beberapa penelitian pendahuluan di beberapa negara menunjukkan bahwa
pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik, sekurang-kurangnya
dapat membuat.
1)
Matematika
lebih menarik, relevan, dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu
abstrak.
2)
Mempertimbangkan
tingkat kemampuan siswa.
3)
Menekankan
belajar matematika pada learning by doing.
4)
Memfasilitasi
penyelesaian masalah matematika dengan tanpa menggunakan penyelesaian
(algoritma) yang baku.
5)
Menggunakan
konteks sebagai tiitk awal pembelajaran matematika.
(Kuiver dan Knuver dalam Suherman, 2001: 125)
Langkah-langkah di dalam proses pembelajaran
matematika dengan pendekatan matematika realistic menurut Sofa (2008), yaitu.
a)
Langkah awal : Memahami masalah kontekstual.
Siswa diberi masalah/soal kontekstual, guru meminta siswa memahami masalah
tersebut secara individual. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah karakteristik
pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam
pembelajaran, dan karakteristik keempat yaitu interaksi.
b)
Langkah kedua : Menyelesaikan masalah.
Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek
matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi
pemecahan masalah. Selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan
caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga
dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang lainnya.
c)
Langkah ketiga : Membandingkan jawaban.
Guru meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan dengan teman
sebangkunya, bekerja sama mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang telah
diselesaikan secara individu (negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi).
d) Langkah ketiga : Menyimpulkan hasil
Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik
kesimpulan suatu rumusan konsep/prinsip dari topik yang dipelajari.
Adapun langkah-langkah pembelajaran pendekatan RME
menurut Suharta (Jarmita dan Hazami,
2013 : 7) adalah sebagai berikut.
No.
|
Aktivitas
Guru
|
Aktivitas
Siswa
|
1.
|
Guru memberikan siswa masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.
|
Siswa
mendengarkan masalah yang disampaikan oleh guru dan bertanya
|
2.
|
Guru
menjelaskan situasi dan kondisi dari soal
dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya,
terbatas pada bagia-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami.
|
Siswa
mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek matematika
yang ada pada masalah yang di maksud dan memikirkan strategi yang paling
efektif untuk menyelesaikan masalah tersebut.
|
3.
|
Guru
mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya
mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka.
|
Siswa
secara sendiri-sendiri menyelesaikan masalah tersebut berdasarkan pengetahuan
awal yang dimilikinya.
|
4.
|
Guru
membentuk kelompok kecil dalam kelas.
|
Siswa
bekerja sama dalam kelompok untuk mendiskusikan penyelesaian masalah yang
telah dikerjakan secara individu.
|
5.
|
Guru
mengamati dan mendekati siswa sambil memberikan bantuan seperlunya.
|
Setelah
berdiskusi siswa mengerjakan dipapan tulis melalui diskusi kelas, jawaban
siswa dikonfrontasikan.
|
6.
|
Guru
mengenalkan istilah konsep.
|
Siswa
merumuskan bentuk matematika formal.
|
7.
|
Mengarahkan
siswa untuk menarik suatu kesimpulan atau rumusan konsep dari topik yang
dipelajari.
|
Menyimpulkan
apa yang telah dipelajari pada pembelajaran yang telah dilakukan.
|
8.
|
Guru
memberikan tugas dirumah yaitu mengerjakan soal atau membuat masalah cerita
serta jawabannya sesuai dengan matematika formal.
|
Siswa
mengerjakan tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru.
|
Adapun kelebihan dan kelemahan dalam pendekatan
realistik menurut Suwarsono (Nalole, 2008: 5). Kelebihan pendekatan realistik adalah sebagai berikut.
a)
Pembelajaran
matematika realistik (PMR) memberikan pengertian yang jelas dan operasional
kepada siswa tentang keterkaitan antar matematika dengan kehidupan sehari-hari
(kehidupan dunia nyata) dan tentang kegunaan matematika pada umumnya bagi
manusia.
b)
Pembelajaran
matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada
siswa bahwa matematika suatu bidang kajian yang dikontruksi dan dikembangkan
sendiri oleh siswa, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut.
c)
Pembelajaran
matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada
siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan
tidak harus sama antara orang yang satu dengan orang yang lain.
d)
Pembelajaran
matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada
siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu
yang utama, dan untuk mempelajari matematika orang harus menjalani proses itu
dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematikan, dengan bantuan pihak
lain yang lebih tahu (misalnya guru).
Sedangkan beberapa kelemahan pembelajaran matematika
realistik (PMR), menurut pendapat Suwarsono (Nalole, 2008: 5) antara lain.
a)
Upaya
mengimplementasikan pembelajaran matematika realistik membutuhkan perubahan
pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah untuk
dipraktikan, misalnya mengenai siswa, guru, dan peranan soal kontestual.
b)
Mengkonstruksi
soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut pembelajaran
matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang
perlu dipelajari siswa, apalagi jika soal-soal tersebut harus dapat
diselesaikan dengan bermacam-macam cara.
c)
Upaya
mendorong siswa agar dapat menemukan berbagai cara untuk menyelasaikan soal
juga merupakan hal yang tidak mudah dilakukan guru
d)
Proses
pengembangan kemampuan berpikir siswa, melalui soal-soal kontekstual, proses
matematisasi horizontal, dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan
sesuatu yang sederhana, karena proses dan mekanisme berpikir siswa dalam
melakukan penemuan kembali terhadap konsep-konsep matematika tertentu.
Meskipun pembelajaran matematika dengan pendekatan
realistik mempunyai beberapa kelemahan, dapat dilakukan upaya-upaya untuk mengatasinya menurut pendapat Suwarsono
(Nalole, 2008: 6) antara lain sebagai berikut.
a)
Pada
tahap awal pembelajaran, guru selalu mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan
awal siswa sehingga siswa memiliki kemampuan awal yang memadai untuk terlibat
aktif dalam merespon masalah kontekstual yang diberikan
dengan berbagai cara atau jawaban.
b)
Memotivasi
semua siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, usaha-usaha yang dapat
dilakukan guru untuk memotivasi siswa misalnya dengan memberikan pujian jika
siswa menjawab benar dan tetap menghargai jawaban siswa walaupun jawaban yang
dikemukakan salah tanpa melukai perasaan siswa.
Guru selalu memantau cara-cara yang dilakukan siswa
dalam menjawab permasalahan kontekstual yang diberikan agar proses dan mekanisme
berpikir siswa dapat diikuti dengan cermat, sehingga jika ada siswa yang
mengalami kesulitan guru dapat segera memberikan bantuan, misalnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
Walaupun pada pendekatan matematis realistik
terdapat kendala-kendala dalam upaya penerapannya, menurut peneliti
kendala-kendala yang dimaksud hanya bersifat sementara (temporer).
Kendala-kendala itu akan dapat teratasi jika pendekatan matematis realistik
sering diterapkan. Hal ini sangat tergantung pada upaya dan kemauan guru, siswa
dan personal pendidikan lainnya untuk mengatasinya. Menerapkan suatu pendekatan
pembelajaran yang baru, tentu akan terdapat kendala- kendala yang dihadapi di
awal penerapannya. Kemudian sedikit demi sedikit, kendala itu akan berhasil
jika sudah terbiasa menggunakannya.
0 komentar:
Posting Komentar