Metode BCCT

Posted by



Salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru adalah metode pembelajaran kooperatif tipe BCCT. Menurut Suyatno (2009: 113). “BCCT adalah pembelajaran sambil bermain yang berpusat pada anak, secara aktif dan kreatif disentra-sentra pembelajaran berbasis pijakan guna mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sesuai dengan potensi, minat, dan kebutuhan”.
Sejalan dengan itu, Kurnati (2008: 28) berpendapat bahwa “Pembelajaran dengan pendekatan BCCT atau sering diartikan sebagai pendekatan sentra dan lingkaran adalah pendekatan penyelenggaraan PAUD yang berfokus pada anak. BCCT merupakan pendekatan yang dikembangkan berdasarkan hasil kajian teoritik dan pengalaman empirik oleh Creative Center For Childhood Research and Training (CCCRT) di Florida USA, dan dilaksanakan di Creative Pre School Florida, USA selama lebih dari 25 tahun, baik untuk anak normal maupun untuk anak yang berkebutuhan khusus.
Demikian pula Depdiknas (Indriyati, 2006: 3) “Menjelaskan bahwa melalui pendekatan sentra anak dirangsang untuk secara aktif melakukan kegiatan bermain sambil belajar disentra-sentra pembelajaran (sentra persiapan, sentra main peran, sentra balok, sentra bahan alam, sentra IMTAQ)”. Seluruh kegiatan pembelajaran berfokus pada anak sebagai subyek pembelajar. Pendidik lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan motivator dengan memberikan pijakan-pijakan.
Kemudian Gutomo (Indriati, 2006: 5). Berpendapat bahwa “pendekatan BCCT adalah suatu proses pembelajaran pada anak usia dini yang berpusat pada area main atau sentra dengan memberikan pijakan-pijakan yang sesuai kebutuhan dan perkembangan anak, dan didalam memberikan pijakan – pijakan yang sesuai kebutuhan dan perkembangan anak, dan didalam memberikan pijakan sebelum dan sesudah main, anak-anak dan guru membentuk posisi melingkar”.
Sejalan dengan itu, Widowati (2009: 4) berpendapat bahwa BCCT yang berarti jauh tentang sentra dan saat lingkaran, melalui metode ini diarahkan untuk mengembangkan berbagai pengetahuan anak dengan membangun dan menciptakan sendiri melalui berbagai variasi pengalaman main di sentra-sentra kegiatan pembelajaran sehingga mendorong munculnya kreatifitas anak, sementara peran guru sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan pijakan-pijakan (Scaffolding). Dikatakan saat lingkaran dikarenakan pijakan yang diberikan sebelum dan sesudah bermain dan belajar dilakukan didalam seting melingkar. Centre (sentra), maksudnya pusat kegiatan bermain anak adalah dengan ada focus kegiatan bermain yang ditata dan direncanakan dengan tujuan tertentu. Circle Times (saat lingkaran) adalah suatu kegiatan guru dan anak yang dilaksanakan untuk mengawali dan mengakhiri kegiatan.
Selanjutnya menurut Indriati (2006: 5). “Pendekatan pembelajaran Beyond Centers and Circles Time (BCCT) atau di Indonesia dikenal dengan istilah SELING (Sentra dan Lingkaran) kurikulumnya diarahkan untuk membangun pengetahuan anak yang digali oleh anak itu sendiri. Anak didorong untuk bermain di sentra-sentra kegiatan, sedangkan pendidik berperan sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan anak. Pembelajarannya bersifat individual, sehingga rancangan, dukungan, dan penilaiannya pun disesuaikan dengan tingkatan perkembangan dan kebutuhan setiap anak”.
Semua tahapan perkembangan anak dirumuskan dengan rinci dan jelas, sehingga guru punya panduan dalam penilaian perkembangan anak. Kegiatan pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas, dari penataan lingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan (Scaffolding).
Sejalan dengan itu menurut Depdiknas (Kunarti: 2008, 29) berpendapat bahwa “Pijakan merupakan dukungan yang berubah-ubah sesuai dengan perkembangan yang dicapai anak yang diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi”. Sementara itu, Sentra main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak. Kemudian saat lingkaran merupakan saat ketika pendidik duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main.
Suyatno (2009: 114) mengemukakan ciri-ciri BCCT seperti berikut ini:
a.       Berpusat pada siswa
b.      Menggunakan sentra-sentra dan tema
c.       Adanya saat lingkaran
d.      Menggabungkan permainan sensori moto, main peran, main pembangunan dan dengan aturan
e.       Memperhatikan hubungan sosial, dan
f.       Memperhatikan intensitas dan densitas.
Sejalan dengan itu, Widowati (2009: 4) mengemukakan istilah-istilah atau cirri-ciri dalam BCCT seperti berikut ini:
a.       Menjadikan kegiatan bermain sebagai kegiatan inti
b.      Menggunakan model sentra (Center)
c.       Menggunakan pijakan-pijakan
d.      Ada saat lingkaran
e.       Intensitas (sejumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk main) dan densitas (berbagai jenis main)
Demikian pula Widowati (2009: 10) mengemukakan keunggulan metode BCCT seperti berikut ini:
a.       Pembelajaran matematika dengan metode BCCT  dirancang secara sistematis, logis, dan rinci mulai dari penentuan tema, fokus pengembangan, penentuan kegiatan bermain, pijakan – pijakan dan penentuan alat-alat bermain yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
b.      Pembelajaran matematika untuk anak lebih ditekankan kepada penghayatan, pengamalan, dan pembiasaan.
c.       Belajarakan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan
d.      Semua kegiatan belajar dikemas dalam “bermain sambil belajar” dengan mengacu pada sentra-sentra pembelajaran dan mempunyai pijakan-pijakan yang jelas.

Sejalan dengan itu Rusmawati (2009: 46) mengemukakan tahapan  atau kegiatan pada sentra dalam model BCCT seperti berikut ini:
1.      Pembukaan saat lingkaran (Kegiatan sebelum main)
a.       Anak duduk melingkar
b.      Guru mulai memberikan materi sesuai tema dengan media yang cocok.
c.       Sambil bererita tentang sesuatu yang berkaitan dengan tema yang dipelajari, guru sentra juga menggali pengetahuan anak didik berkaitan dengan tema yang dipelajari (tanya jawab).
d.      Setelah tema disampaikan, guru memberikan arahan aturan main dari permainan-permainan yang telah disediakan , memilih mainan, cara menggunakan alat-alat, kapan memulai dan mengakhiri main, serta merapikan kembali alat yang sudah dimainkan.
2.      Kegiatan Inti (saat anak didik main)
a.       Guru membantu siswa yang membutuhkan pertolongan agar dapat memunculkan perkembangan yang diharapkan.
b.      Guru berkeliling diantara siswa yang sedang bermain dan memberikan contoh pada anak didik yang belum bisa menggunakan alat dan bahan.
c.       Guru memberikan pertanyaan positif tentang pekerjaan yang sedang dilakukan.
d.      Guru mendorong anak didik yang telah menyelesaikan pekerjaannya untuk memilih jenis main yang lain.
e.       Guru mengamati dan mencatat kegiatan siswa
f.       Istirahat
3.      Kegiatan penutup (Recalling)
Pada akhir kegiatan ini guru sentra melakukan penekanan materi yang disampaikan, mendukung anak didik untuk mengingat kembali pengalaman mainnya dan menceritakan pengalaman mainnya.


Blog, Updated at: 16.20

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

uma

uma

Cari Blog Ini

Cari Blog Ini