Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), dijelaskan bahwa kata kemampuan
berasal dari kata mampuyang artinya kuasa, berada, kaya. Jadi kemampuan
merupakan kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melaksanakan sesuatu dan bisa
juga diartikan kekayaan yang dimiliki.Sedangkankata penalaranberasal dari kata
nalaryang artinya pertimbangan tentang baik buruk dan sebagainya, bisa juga
diartikan kegiatan yang memungkinkan seseorang berpikir logis. Jadi penalaran
berarti cara (hal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir sesuai
akal (logika).
Kemampuan penalaran adalah salah satu tujuan penting dalam
pembelajaran matematikamemberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan
kepada siswa bukan hanya sekedar menjawab soal-soal matematika, namun lebih dari
itu dengan penalaran siswa dapat memiliki kemampuan nalar akan konsep materi pelajaran itu
sendiri dalam menyelesaikan soal-soal matematika dan dapat
memberikan argumen atas setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas
jawaban yang diberikan oleh siswa lain.
Ramdani(2013:
166),mengatakan
bahwa dalam pendidikan matematikakemampuan penalaran merupakan
salah satu kemampuan berfikir tingkat tinggi, standar kurikulum dan evaluasi
untuk matematika sekolah (NCTM, 1989) mengidentifikasi bahwa, komunikasi,
penalaran, (reasoning), dan problem solving merupakan proses yang penting dalam pembelajaran
matematika dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah matematika.
Menurut Kusumah (Noto, 2012:13), penalaran
merupakan terjemahan dari kata reasoning
yang didefinisikan sebagai penarikan kesimpulan dalam sebuah argument.
Sedangkan menurut Lithner (Cita, 2013),
mengatakan bahwapenalaran adalah pemikiran yang diadopsi untuk
menghasilkan pernyataan dan mencapai kesimpulan pada pemecahan masalah yang
tidak selalu didasarkan pada logika formal sehingga tidak terbatas pada bukti.
Dari
pengertian para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa hubungan materi
matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan, karena melalui penalaran siswa belajar memahami matematika sebagai
suatu proses yang logis serta menyelesaikan permasalahan berdasarkan alasan
yang kuat dan dalam doing mathematics selalu
melibatkan kegiatan bernalar.
Menurut
Sumarmo (Usman, 2013:102),istilah penalaran sebagai terjemahan
dari reasoning, dapat didefinisikan
sebagai proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang
relevan Shurter dan Pierce. Secara garis besar terdapat dua jenis penalaran
yakni penalaran induktif dan deduktif.
Secara
formal Shurter dan Piece (Usman, 2013:102), mengatakan bahwamendefinisikan penalaran
induktif sebagai proses penalaran yang menurunkan prinsip atau aturan umum dari
pengamatan hal=hal atau contoh-contoh khusus, sedangkan penalaran deduktif
adalah proses penalaran dari pengetahuan prinsip atau pengalaman yang umum yang
menuntut kita memperoleh kesimpulan untuk sesuatu yang khusus.
Sejalan
dengan hasil analisis Sumarmo (Usman, 2013:102), terhadap karya beberapa pakar penalaran
matematik (mathematical reasoning)
dapat diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu penalaran induktif dan penalaran
deduktif. Secara umum penalaran didefinisikan sebagai penarikan kesimpulan
berdasarkan pengamatan terhadap data terbatas. Sedangkan deduktif adalah
penarikan kesimpulan berdasarkan aturan yang disepakati.
Lebih
lanjut Sumarmo (Usman, 2013:102), mengatakan berdasarkan karakteristik proses
penarikan kesimpulannya, penalaran induktif meliputi beberapa kegiatan berikut
1.
Penalaran transduktif yaitu
proses penarikan kesimpulan dari pengamatan terbatasdiberlakukan tehadap kasus
tertentu.
2.
Penalaran analogi yaitu
penarikan kesimpulan berdasarkankeserupaan proses atau data.
3.
Penarikan generalisasi yaitu
penarikan kesimpulan berdasarkan data terbatas.
4.
Memperkirakan jawaban, solusi
atau kecenderungan: interpolasi dan ekstrapolasi.
5.
Menggunakan pola hubungan untuk
menganalisis situasi, dan menyusun konjektur.
Masih menurut Sumarmo(Usman, 2013:102), kegiatan
yang tergolongkan pada penalaran deduktif diantaranya adalah
1.
Melaksanakan perhitungan
berdasarkan aturan atau rumus tertentu.
2.
Menarik kesimpulan logis
berdasarkan aturan inferensi atau penalaran logis, memeriksa validitas argumen,
dan menyusun argumen yang valid.
3.
Menyusun pembuktian langsung,
pembuktian dengan induksi matematika.
Penalaran dalam matematika sulit dipisahkan dari kaidah-kaidah logika. Hal
inimenurut Sumarmo (Wahidin, 2013:306), indikator penalaran
matematis meliputi: 1) menarik kesimpulan logis, 2) memberikan penjelasan
dengan menggunakan model, fakta-fakta, sifat-sifat, dan hubungan, 3) memperkirakan
jawaban dan proses solusi, 4) menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis
situasi matematik, 5)menyusun dan menguji konjektur, 6) merumuskan
lawan contoh, 7) mengikuti aturan inferensi, memeriksa validitas
argumen, 8) menyusun argumen yang valid, 9) menyusun
pembuktian langsung, tak langsung dan menggunakan induksi matematika.
Menurut NCTM (Ramdani,
2012:48), menyatakan bahwapada siswa kelas 5-8, kurikulum matematika sebaiknya mencakup banyak
pengalaman yang beragam yang dapat memperkuat dan memperluas keterampilan-keterampilan
penalaran logis sehinggadengan demikian siswa dapat: (1) mengenal dan mengaplikasikan
penalaran deduktif dan induktif; (2) memahami dan menerapkan proses penalaran dengan
perhatian yang khusus terhadap penalaran dengan proporsi-proporsi dan
grafik-grafik; (3)membuat dan mengevaluasi konjektur-konjektur dan argumen-argumen
secara logis; (4) menilai daya serap dan kekuatan penalaran sebagai bagian dari
matematika.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
penalaran dalam penelitian ini yang pertama adalah logis, yaitu memberikan
alasan yang masuk akal, kedua adalah induktif, yaitu suatu proses aktivitas
berfikir untuk menarik suatu kesimpulan
atau membuat suatu pernyataan yang bersifat umum dengan berdasarkan dari
beberapa pernyataan khusus yang diketahui dan yang ketiga adalah deduktif,
yaitu suatu cara penarikan kesimpulan yang menggunakan kebenaran suatu konsep
atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya.
Dalam penelitian ini, indikator
penalaran matematis yang digunakan meliputi.
1. Mengenal dan mengaplikasikan
penalaran induktif.
2. Melaksanakan perhitungan
berdasarkan aturan atau rumus tertentu.
3. Menarik kesimpulan logis.
Contoh penalaran
matematis
sesuai indikator kemampuan penalaran matematis siswa adalah
sebagai berikut.
Tabel 2.1
ContohPenalaran
Matematis
Indikator Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa
|
Indikator Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa
|
||
1. Mengenal dan mengaplikasikan
penalaran induktif.
|
Diketahui :
kita nyatakan ukuran balok tersebut sebagai berikut :
Panjang = 4n
cm, lebar = 3n cm, dan tinggi = n cm.
Ditanyakan :
tentukan berapakah ukuran balok tersebut!
Jawab :
Jadi, ukuran
balok tersebut adalah :
Panjang = 4 x 3
= 12 cm,
Lebar = 3 x 3 =
9, dan
Tinggi = 3 cm.
|
||
2. Melaksanakan
perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu.
|
Diketahui : Kalas kubus = 20 cm
Ditanyakan :Hitung panjang rusuk dan panjang salah satu
diagonalbidangnya!
Jawab:
a.
Kalas kubus = 20 cm
20 cm = 4 s
s
= 5 cm
jadi, panjang rusuk kubus yang akan dibuat pak
haris adalah 5 cm.
b. Misalkan
kubusnya seperti gambar dibawah
Dari gambar
kubus ABCD. EFGH di atas, panjang
salah satu diagonal bidangnya adalah AF,
maka gunakan Tearema Phytagoras
Sehingga, AF2
= AB2 + BF2
= 52
+ 52
= 25 + 25
AF2 = 50
AF =
cm
Jadi, Panjang salah satu
diagonal bidang kubus yang dibuat Pak Haris adalah
cm.
|
||
3. Penarikan kesimpulan logis.
|
Diketahui : Panjang kawat = 3,5 m = 350 cm
Panjang
rusuk (s) = 5 cm
Ditanyakan
:
a.
Jumlah kubus yang terbentuk, mengapa? Jelaskan!
b.Sisapanjang
kawat yang
tidak terpakai, mengapa?
Jelaskan!
Jawab :
a. Panjang
kawat yang diperlukan untuk 1 buah model kerangka kubus adalah
Panjang kawat
= 12 x s
= 12 x 5cm
= 60 cm
Untuk
mengetahui jumlah kubus yang terbentuk, adalah 350 cm : 60 cm = 5,833 cm.
Jadi, jumlah
kubus yang terbentuk dari 5,833 cm adalah
5 buah.
b. Sisa
panjang kawat yang tidak terpakai adalah 0,833 x 60 = 49,98 cm.
Jadi, sisa kawat yang
tidak terpakai adalah 49,98 cm.
|
0 komentar:
Posting Komentar